Kamis, 14 April 2011

entahlah

terkadang terpikirkan, bisakah kita ikhlas?
yah, sebuah kata yang mudah untuk diucapkan.
tapi sangat sulit dijalankan, dari hati.
bahkan orang yang paling hebat sekalipun.

di saat kita tertimpa musibah
yang paling berat yang pernah kita alami
bisakah kita menerimanya?
di saat kenyataan paling pahit yang harus kita terima
di saat angan yang tak bisa terwujud
di saat semuanya tak sejalan dengan apa yang kita mau
di saat semua rencana tak bisa terealisasikan
di saat kekecewaan melanda hati
masihkah kita mampu untuk tersenyum?
masihkah kita bisa ikhlas menjalaninya?

berat...
benar-benar berat...
walaupun mulut bisa berbohong
walaupun kesedihan bisa disembunyikan
walaupun raut muka selalu tersenyum
tapi hati yang sakit?
apakah masih bisa terobati?

hanya dengan mendekatkan diri kepada-Nya
kita bisa menjadi tenang
kita bisa menjadi lebih baik
yah, memang
itulah saran termudah untuk diucapkan

tapi....
di saat logika tak dapat difungsikan dengan baik
di saat hati terisi dengan rasa marah, dendam, kecewa
aku tak munafik
aku belum bisa untuk bersabar
aku belum bisa menerima kenyataan
aku belum bisa untuk ikhlas
yah, mungkin akulah manusia hina
tak mensyukuri apa yang didapat
tapi apa dayaku?

aku tau, Allah tak akan memberikan cobaan
yang tak sesuai dengan kemampuan makhluk-Nya
aku tau itu, aku mengerti itu
aku sadar ini adalah sebuah pembelajaran hidup
agar aku menjadi kuat menjadi dewasa
atau mungkin ini adalah sebuah teguran-Nya
karna Dia tak mau aku jauh dari-Nya
karna Dia teramat sayang padaku
sehingga cobaan ini menerpaku
aku bisa terima itu
tapi...


dalam mencapai sebuah keikhlasan
dengan menjalaninya penuh kesabaran
mungkin sangat lambat
tapi proses menuju hal itu sangat sulit
yah, aku memang orang awam
aku tak mampu keluar dari permasalahan ini
yang mungkin mudah menurut orang

tapi apa dayaku?
aku memang lemah

belajar menikmati hidup itu mudah
jika kita bisa melewati setiap ujian
jika kita bisa mensyukuri apa yang kita dapat
tapi akan terasa sulit
jika kita mendapatkan ujian yang paling berat
jika kita tak bisa menerima kenyataan pahit yang harus kita terima
mungkin bisa stress, depresi, frustasi, gila
bahkan yang paling mengerikan menyakiti diri sendiri
sampai akhirnya bunuh diri

mungkin kau akan menyimpulkan aku ini tak punya iman
mungkin saja, tapi masih ada sedikit di sudut hati ini
mungkin imanku tak setebal kau
sehingga aku bisa seperti ini
yah, mungkin saja

mungkin kau kira aku rendahan
aku banyak dosa
sehingga pantas mendapatkan cobaan seperti ini
yah, mungkin saja
hanya berusaha menjadi lebih baik

MAAFKAN AYAH DUHAI ANAKKU

Bismillahi minal Awwali wal Akhiru ..
Sebuah kisah yang harus kita ketahui bersama untuk dapat diperhatikan...

Ini ada bahan untuk bahan renungan bagi kita semua yang barangkali ada yang kelupaan pada kata yang satu ini, yaitu : MA'AF.

Jam sudah menunjukkan angka sebelas ketika aku duduk merebahkan diri di ruang tengah. Tentu saja istri dan anakku Aisyah sudah tertidur lelap. Tapi kenapa pintu kamar Aisyah masih terbuka? Aku tertegun saat berdiri di depan pintu kamar Aisyah. Aisyah tertidur di meja belajarnya ditangan kanannya masih memegang pinsil dan sepertinya ia menulis sesuatu di buku tulisnya dan ada segelas kopi.

"Tumben anak ini minum kopi," pikirku.

Kuangkat dia ketempat tidur. Kubereskan meja belajarnya yang berantakan, namun sebelum aku menutup buku tulisnya aku ingin melihat apa yang ditulis Aisyah. Aku tertegun sejenak saat membaca tulisan-tulisannya, ternyata semuanya cerita tentang diriku. Sampai akhirnya aku membaca 3 lembaran terakhir yang sangat menyentuh hatiku.

Di lembaran pertama dia menulis : "Hari ini ayah tidak jadi menemaniku ke toko buku, mungkin ayah tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Aku mengerti dengan kesibukanmu ayah."

Aku jadi ingat beberapa minggu yang lalu Aisyah mengajakku ke toko buku, aku ingat sekali gaya bicaranya yang polos.

"Ayah nanti sore ada kegiatan nggak sih," sapa Aisyah saat aku akan pergi kerja.

"Ada apa sayang," jawabku.

"Ayah mau nggak menemani Aisyah ke toko buku?"

"Kalau ayah nggak sibuk nanti sore akan ayah usahakan menemani kamu yach".

"Terima kasih, ayah," ucap Aisyah dengan wajah yang sangat gembira sambil mencium pipiku.

Aku tersenyum melihat tingkahnya yang lucu dan menggemaskan.

Di lembaran kedua dia menulis : "Hari ini ayah tidak jadi lagi menemaniku ke toko kaset, padahal aku ingin sekali mendengar lagunya Sulis dan memutarnya di kamarku saat aku sedang sendiri agar aku tidak merasa sunyi. Sebenarnya aku mau ngajak ibu tapi aku ingin sekali ditemani ayah. Tapi lagi-lagi ayah sibuk".

Dan aku ingat lagi kalau Aisyah memang pernah mengajakku menemaninya membeli kaset.

Kalau dia ingin mengajakku dia selalu bicara seperti ini, "Ayah nanti sore sibuk nggak atau Ayah nanti sore ada kegiatan?"

Bahasa yang sopan sekali menurutku sehingga aku tidak bisa untuk mengatakan tidak walaupun terkadang aku tidak bisa memenuhi keinginannya.

Di lembaran terakhir dia menulis : "Hari ini dan untuk kesekian kalinya ayah tidak bisa menemaniku. Tadi aku mengajak ayah ke pasar malam padahal ini kan hari terakhir ada pasar malam di komplekku dan aku udah janji sama Pak Mamat kalau aku akan membeli boneka yang ditawarkan tadi sore saat pak Mamat lewat depan rumahku, aku katakan pada pak Mamat kalau aku akan pergi bersama ayah ke pasar malam dan aku akan membeli boneka pak Mamat. Karena ayah masih belum pulang pasti pak Mamat sudah menjualnya. Pak Mamat maafkan Aisyah yah. Besok pagi akan Aisyah tunggu di depan rumah dan minta maaf pada pak Mamat kalau Aisyah tidak bisa pergi ke pasar malam. Kali ini Aisyah yang akan duluan meminta maaf, biasanya kan pak Mamat selalu minta maaf kalau sudah melihatku di depan rumah menanti majalah yang kupesan.

Dia selalu bilang, 'maaf yah neng, pak Mamat terlambat'. Padahal menurutku pak Mamat nggak terlambat hanya aku yang terlalu cepat menunggunya. Begitu melihatku sudah menunggu dia mengayuh sepedanya lebih cepat lagi. Saat kutanya kenapa sih pak Mamat selalu minta maaf padahal pak Mamat kan nggak punya salah pada Aisyah. 'Iya neng, Pak Mamat tidak ingin mengecewakan neng Aisyah kemaren kan sudah bilang kalau pak Mamat nganterin pesanan neng Aisyah pagi-pagi sebelum neng pergi kesekolah. Coba kalau pak Mamat datangnya kesiangan pasti neng kecewa, pak Mamat nggak ingin neng, ngecewakan orang karena kekecewaan itu akan menimbulkan luka di hati. Dan susah neng untuk menyembuhkannya kecuali kita minta maaf dengan tulus pada orang yang telah kita kecewakan'. Aku jadi ingat sama ayah, ayah tidak pernah mengucapkan maaf padaku, atau mungkin karena ayah menganggapku masih kecil atau ah, aku tidak mau berprasangka buruk terhadap ayah. Walaupun sebenarnya aku sangat kecewa dengan ayah tapi aku tidak ingin menyimpan kekecewaan itu didalam hati. Bahkan hatiku selalu terbuka untuk kata maaf ayah".

Aku menangis membaca tulisan Aisyah, kudekati Aisyah di pembaringan sambil kupandangi wajahnya yang polos. Aisyah anakku sayang maafkan ayah, ternyata kau punya hati emas. Aku memang tidak pernah minta maaf pada Aisyah atas janji-janji yang tidak pernah kupenuhi padanya. Dan aku selalu menganggapnya dia sudah melupakannya begitu melihatnya dipagi hari wajahnya begitu cerah dan selalu tersenyum. Dan ternyata dia masih mengingatnya dalam tulisan-tulisannya. Ah, entah sudah berapa banyak goresan rasa kecewa yang ada dihatimu andai kau tidak memaafkan ayah. Aisyah, ayah akan menunggumu sampai terbangun untuk meminta maafmu.

---Untuk anakku tersayang Aisyah---

Renungan:
Terkadang kita malu atau enggan hanya untuk sekedar mengatakan kata "maaf" dan membiarkannya menjadi goresan-goresan luka yang membekas di hati. Atau mungkin kita sering beranggapan bahwa mereka akan melupakannya setelah beberapa hari. Kalau seandainya anda juga pernah melakukan hal yang sama seperti saya, tidak ada kata terlambat untuk meminta maaf pada orang yang pernah anda kecewakan. Jangan malu untuk melakukan hal yang benar sekalipun itu anda lakukan untuk seorang bocah atau teman, karena mereka juga punya hati nurani. Dan seandainya mereka masih tersenyum padamu walaupun anda telah mengecewakan mereka anda harus bersyukur atas karunia itu. Semoga kita-kita semua memang tidak pernah lupa pada kata yang satu ini, 'MAAF".

=====
**Sumber : http://www.cerpen.web.id/articles/68/1/Maafkan-Ayah/Page1.html